🥋 Doa Sembahyang Di Penunggun Karang

Singaraja Polisi masih melakukan pengembangan terkait kasus perusakan dua Pelinggih Penunggun Karang yang dilakukan oknum mahasiswa Undiksha bernama Abdul Haq (22) di RT Mumbul, Kelurahan banjar Jawa, Kecamatan Buleleng, Selasa (5/6) lalu. Saat ini, polisi tengah menunggu hasil pemeriksaan kejiwaan terhadap pelaku yang dilakukan di RS TNI AD Singaraja.Tes kejiwaan Pepasanganakan mudah masuk apabila penunggun karang mengizinkan. Untuk itu, di sarankan agar penghuni rumah senantiasa sering menghaturkan sesajen untuk penunggun karang. Sehingga yang berstana ikut menjaga keselamatan rumah dan penghuninya. 5. penghuninya malas sembahyang dan beraktifitas. 6. tidak betah tinggal dirumah. Dirangkum dari OMSwastiastu, Penunggun Karang dalam Sastra Dresta disebut Sedahan Karang (di perumahan) untuk membedakan dengan Sedahan Sawah (di sawah) dan Sedahan Abian (di kebun/ tegalan/ abian). Untuk Bali, melindungi senyawa rumah, isi dan penghuni sebuah rumah adalah tugas besar yang tidak dapat ditangani secara efektif oleh dinding dan gerbang saja, terutama ketika berhadapan dengan gangguan mistis. Dalambudaya di bali Kita sering Mendengar kata Rarapan/sesajen kecil yang dihaturkan sepulang dari bepergian, atau datang ketempat kerja dan yang lainnya. di pinggir jalan, di jaba pura, di areal bekerja,yang sering dilalui. Termasuk juga di rumah, kita bisa menghaturkannya di pelinggih penunggun karang. Jadi dengan demikian rarapan Singaraja Dua bangunan pelinggih penunggun karang (tempat pemujaan umat Hindu) terletak di lingkungan Mumbul, Kelurahan Banjar Jawa, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, masing-masing milik Gede Sura Wiratama (23) warga RT Mumbul, Kelurahan Banjar Jawa, dan Komang Remida warga Banjar Kloncing, Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan, mengalami kerusakan cukup berat akibat aksi tak Temansaya Eka (bukan nama sebenarnya) mengeluh bahwa rasanya percuma setiap Purnama Tilem pergi sembahyang karena hidupnya tidak pernah membaik. Teman saya yang lain, sebut saja Agus, heran mengapa teman-teman yang jarang sembahyang bahkan tidak percaya Tuhan hidupnya lebih 'terberkati' dibanding dirinya yang rajin dan aktif dalam organisasi agamanya. Ada teman Agus yang kurang percaya SejarahLengkap Penunggu Karang Atau Sedahan Karang. Penunggun Karang dalam Sastra Dresta disebut Sedahan Karang (di perumahan) untuk membedakan dengan Sedahan Sawah (di sawah) dan Sedahan Abian (di kebun/ tegalan/ abian). Untuk Bali, melindungi senyawa rumah, isi dan penghuni sebuah rumah adalah tugas besar yang tidak dapat ditangani secara LBNWT. BALIPUSTAKANEWS – Pembangunan pura atau palinggih di Bali memiliki makna filosofis yang tinggi. Dan, yang tak kalah penting adalah fungsi dari bangunan tersebut. Salah satunya adalah Panunggun Karang atau Sedahan Karang atau Tugu Sedahan Karang atau disebut dengan Tugu Pengijeng, Penunggun Karang atau Tunggun Karang, jika diterjemahkan secara harfiah menjadi “kuil untuk penjaga rumah”. Kata “sanggah/tugu” berarti “tempat / bangunan suci”, kata “pengijeng/penunggun” berarti penjaga. atau “untuk tinggal di rumah” dan kata “karang” berarti “halaman rumah”. Dan hari ini yaitu hari Tumpek Wariga adalah piodalan Penunggun KarangPenunggun Karang merupakan stana Dewi Durga dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Durga Manik Maya atau lebih dikenal sebagai Sang Hyang Cili Manik Maya dan sebagai stana Bhatara Kala Raksa, karena beliau berdua dipercaya sebagai penguasa seluruh kekuatan tak kasat mata di Karang bertugas sebagai pelindung penghuni rumah dari orang berniat jahat dan gangguan gaib. Bagi penekun leak desti ilmu hitam, untuk mengirim teluh dan destinya kepada target terlebih dahulu ia harus memohon kepada Hyang Nini Bhairawi di pemuhun setra kuburan. Atas perintah Hyang Nini, maka pasti disuruhlah si penekun desti ini meminta izin kepada Penunggun Karang si target jika mau mengirim teluh dan destinya ke Penunggun Karang tidak memberikan izin dan tak berkenan, maka si penekun desti itupun tidak akan bisa berbuat apa-apa, Lebih lanjut dijelaskan, jika ada orang berniat jahat seperti pencuri atau rampok. Percaya atau tidak, kekuatannya mampu membuat orang berniat jahat linglung, bingung dan yang Penunggun Karang mampu membuat perlindungan dengan tipuan ilusi bila ada orang berniat jahat yang memasuki rumah. Bisa membuat rumah seolah-olah nampak menjadi lautan sehingga orang yang berniat jahat lari tunggang-langgang. Bahkan Penunggun Karang, dapat membuat orang yang berniat jahat berjalan sepanjang hari mengitari pekarangan rumah itu tidak menemukan jalan pulang. Anehnya lagi, Penunggun Karang mampu memunahkan dengan seketika jimat gaib seseorang yang berniat jahat.CF/Google Di Bali Penunggun Karang atau juga disebut sebagai Palinggih Pangijeng, merupakan salah satu tempat suci pekarangan rumah yang berfungsi sebagai sedahan penjaga karang atau palemahan beserta penghuninya agar senantiasa berada dalam lindunganNya, tentram, rahayu sekala niskala. Penunggun Karang dalam Sastra Dresta disebut Sedahan Karang di perumahan untuk membedakan dengan Sedahan Sawah di sawah dan Sedahan Abian di kebun/ tegalan/ abian. Pembangunan Penunggun Karang Dalam lontar Kala Tattwa disebutkan bahwa Ida Bethara Kala bermanifestasi dalam bentuk Sedahan Karang/ Sawah/ Abian dengan tugas sebagai Pecalang, sama seperti manifestasi beliau di Sanggah Pamerajan atau Pura dengan sebutan Pangerurah, Pengapit Lawang, atau Patih. Di alam madyapada, bumi tidak hanya dihuni oleh mahluk-mahluk yang kasat mata, tetapi juga oleh mahluk-mahluk yang tidak kasat mata, atau roh. Roh-roh yang gentayangan misalnya roh jasad manusia yang lama tidak di-aben, atau mati tidak wajar misalnya tertimbun belabur agung abad ke 18 akan mencari tempat tinggal dan saling melindungi diri dari gangguan roh-roh gentayangan, manusia membangun Palinggih Sedahan. Penempatan Penunggun Karang Penunggun Karang dapat ditempatkan dimana saja asal pada posisi “teben” jika yang dianggap “hulu” adalah Sanggah Kemulan. Karena fungsinya sebagai Pecalang, sebaiknya berada dekat pintu gerbang rumah. Jika tidak memungkinkan boleh didirikan di tempat lain asal memenuhi aspek kesucian. Yang perlu diperhatikan, bangunan Palinggih Sedahan harus memenuhi syarat Pondamennya batu dasar terdiri dari dua buah bata merah masing-masing merajah “Angkara” dan “Ongkara” Sebuah batu bulitan merajah “Ang-Mang-Ung”; berisi akah berupa tiga buah batu merah merajah “Ang”, putih merajah “Mang”,dan hitam merajah “Ung” dibungkus kain putih merajah Ang-Ung-Mang Di madia berisi pedagingan panca datu, perabot tukang, jarum, harum-haruman, buah pala, dan kwangen dengan uang 200, ditaruh di kendi kecil dibungkus kain merajah padma denganpanca aksara diikat benang tridatu Di pucak berisi bagia, orti, palakerti, serta bungbung buluh yang berisi tirta wangsuhpada Pura Kahyangan Tiga. Persyaratan ini ditulis dalam Lontar Widhi Papincatan dan Lontar Dewa Tattwa. Jika palinggih sedahan tidak memenuhi syarat itu, yang melinggih bukan Bhatara Kala, tetapi roh-roh gentayangan itu antara lain Sang Butacuil. Jika melaspas atau ngelinggihan membutuhkan kepekaan dari seorang pinandita/pandita untuk tahu siapa yang menjadi penguasa tempat itu. Semua penguasa alam seperti Hyang Bahu Rekso, diketuai oleh Deva Ganesha, jadi Hyang Bahu Rekso dikelompokkan ke dalam GANA BHALA pasukan Gana, Jadi kalau di rumah menstanakan Ganesha itu sangat baik karena Ganesha meiliki multifungsi diantaranya adalah Sebagai VIGHNASVARA Penghalau segala rintangan OM VAKTRA TUNDA MAHA KAYA SURYA KOTI SAMAPRABHA NIRVIGHNA KURUME DEVA SARVA KARYESU SARVADAM. makanya para Balian meuja Beliau agar dapat menghilangkan penyakit. Sebagai SIDDHI DATA sebagai pemberi kesuksesan, SARVA KARYESU SARVADAM. Sebagai VINAYAKA Lambang kecerdasan intelek, makanya dijadikan simbol pengetahuan, dan baik untuk anak-anak. Sebagai BUDHIPRADAYAKA Memantapkan kebijaksanaan setiap Vaidika Dharma pencari kebenaran, Sebagai LAMBODARA Sumber kemakmuran. Akan lebih baik kalu di Penunggu Karang dilinggihkan Arca Ganesha devanya para Bahu Rekso, daripada tidak tahu siap yang distanakan. Penunggun Karang dalam Lontar Asta Kosala Kosali dan Asta Bhumi Dalam perhitungan dasar Asta Bhumi, pekarangan rumah biasanya dibagi menjadi sembilan, yakni dari sisi kiri ke kanan; nista, madya dan utama serta dari sisi atas ke bawah; nista, madya dan utama. seperti gambar disamping. sehingga terdapat 9 bayangan kotak pembagian pekarangan rumah. adapun pembagian posisi tersebut antara lain Posisi utamaning utama adalah tempat “Sanggah Pemerajan” Posisi madyaning utama adalah tempat “Bale Dangin” Posisi nistaning utama adalah tempat “Lumbung atau klumpu” Posisi madyaing utama adalah tempat “Bale Daje atau gedong” Posisi madyaning madya adalah tempat “halaman rumah” Posisi nistaning madya adalah tempat “dapur atau pawon / pasucian” Posisi nistaning Utama adalah tempat “Sedahan Karang" Posisi nistaning Madya adalah tempat “bale dauh, tempat tidur” Posisi nistaning Nista adalah tempat “cucian, kamar mandi dll” biasanya digunakan tempat garase sekaligus “angkul- angkul” gerbang rumah. Setelah mengetahui posisi yang tepat sesuai dengan Asta Bhumi diatas untuk posisi sedahan karang, selanjutnya menentukan letak bangunan Sedan Karang tersebut. yaitu dengan mengunakan perhitungan Asta Kosala Kosali, dengan sepat atau hitungan tampak kaki atau jengkal tangan. perhitungannya dengan konsep Asta Wara Sri, Indra, Guru, Yama, Rudra, Brahma, kala, Uma. adapun perhitungannya Untuk pekarangan yang luas sikut satak , melebihi 4 are atau sudah masuk perhitungan “sikut satak”, posisi Sedahan Karang dihitung dengan dari utara menujuKala 7 tapak dan dari sisi barat menuju Yama 4 tampak .adapun alasannya adalahsesuai dengan fungsi Sedahan karang yaitu sebagai pelindung dan penegak kebenaran yang merupakan dibawah naungan dewa Yama dipati hakim Agung raja Neraka, serta tetap sebagai penguasa waktu dan semua kekuatan alam yang merupakan dibawah naungan Dewa kala. ini dimaksudkan agar Sedahan Karang berfungsi maksimal sesuai dengan yang telah diterangkan diatas tadi. Untuk pekarangan sempit yaitu pekarangan yang kurang dari 4 are seperti BTN, posisi Sedahan Karang dihitung dengan dari utara dan barat cukup menuju Sri atau 1 tampak saja. dengan maksud agar bangunan tersebut tetap berguna walau tempatnya cukup sempit, tapi dari segi fungsi tetap sama. Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk semeton. Ampura jika ada penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat. Dan mohon dikoreksi bersama jika ada. Suksma.. Oleh Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda - Dalam konsep agama Hindu, ketika suatu ruangan telah melalui proses konstruksi penyucian, dia akan disebut sebagai mandala. Karena itu, rumah tinggal atau hunian orang Hindu di Bali disebut dengan mandala yang dibagi menjadi tiga ruang. Ketiga ruang itu terdiri dari ruang atas utama, ruang tengah madya dan ruang bawah nista. Di ruang atas merupakan tempat Tuhan dalam bentuk merajan atau sanggah. Di ruang tengah adalah tempat tinggal manusia pawongan, sementara di bawah adalah palemahan. Kenapa Pelinggih Penunggun Karang berada di bagian nista mandala? Sebelum membahas itu, kita harus memahami bahwa ketiga zona ini memiliki tiga penguasaan, yakni dewa, manusa dan bhuta. Dalam hal ini, Penunggun Karang sesungguhnya adalah penguasa yang menjaga wilayah palemahan lingkungan. Jika melihat sistem pembagian mandala, selain Penunggun Karang menjadi bagian dari tiga zona tersebut, dia juga termasuk dalam zona vertikal dan horizontal. Dalam hal ini, Penunggun Karang berada di wilayah bawah nista. Dalam vertikal-horizontal, bentangannya dibagi menjadi lima utara, timur, selatan, barat dan tengah, lalu dari lima mata angin ditambah lagi variasi, timur laut, tenggara, barat daya dan barat laut. Setiap sudut ini dikatakan sebagai paduraksa pertemuan. Seperti timur laut, adalah pertemuan timur dengan utara. Dalam setiap pertemuan ini, terdapat sebuah energi yang berkumpul, yang disebut dengan raksa penjaga sudut. Timur laut adalah Tri Raksa, tenggara adalah Guru/Aji Raksa, barat daya adalah Ludra Raksa.

doa sembahyang di penunggun karang